Lanjut membaca
Pem b u n u h kamu, Mas! Hanya demi wanita itu kamu tega mengh1l4ngkan dar4h d4g1ngmu sendiri!
•••
Bab 8 K e g u g u r a n
Gala masih bingung dengan apa yang terjadi dengan istrinya.
"Pergi kamu, Mas. Jangan mendekat, baumu menjijikkan," ucap Vania masih menahan mual.
"Wangi, Dek," jawab Gala dengan bodohnya.
Sekali lagi Gala membaui tubuhnya sendiri, wangi.
"Kamu bau wanita j*l*ng itu, Mas. Aku tak tahan dengan bau wanita lain di tubuhmu."
Deg!
Detak jantung Gala berdetak tak karuan, entah mengapa dirinya menjadi gelisah dan sedikit gugup.
Apakah Vania tahu jika dia baru saja bertemu dengan Mira?
Apa Vania tahu apa yang baru saja dilakukannya?
Mungkin itu hanya sekedar ocehan Vania karena dia meninggalkannya saat dia sedang tertidur.
Ya, pasti Vania hanya asal mengoceh saja.
Begitulah isi kepala Gala saat ini, begitu banyak pertanyaan dan asumsi serta pembenaran untuk dirinya sendiri.
Otaknya dengan cepat berpikir untuk membuat alasan yang tepat.
"Vania!" bentak Gala. Dia menatap tajam pada istrinya.
"Jangan pernah menyebut Mira j4l4ng!"
Vania menatap Gala dengan sinis.
"Lalu aku harus memanggilnya apa, Mas? PE-LA-KOR? J4nda g4tal? Wanita murahan?"
"Diam! Tutup mulutmu, Vania."
"Kamu bela saja terus selingkuhanmu itu, Mas."
Vania tertawa, "Hebat sekali pelakor itu, bahkan bisa menguasai seluruh jiwa raga suami yang dulu katanya sangat mencintaiku. Omong kosong!" gumam Vania.
Perut Vania sangat mual, dia merasa seluruh ruangan itu sudah penuh dengan aroma tubuh Gala yang bercampur dengan bau wanita lain. Kepalanya mulai pusing. Vania memencet tombol bantuan.
Dengan sedikit tertatih Vania menuju ke kamar mandi dengan menahan mual.
"Menyingkirlah, Mas. Aku mau lewat."
Dengan k4srr Gala menarik tubuh Vania.
"Jangan pernah menghina Mira, Vania. Kamu tidak lebih baik darinya. Setuju atau tidak setuju aku akan menikahi dia dalam waktu dekat," ucap Gala penuh emosi.
Tubuh Vania mendadak lemas, dia mundur satu langkah dan hampir limbung.
Jantung Vania sudah tak karuan, hatinya seperti gelas kaca yang dilempar dari ketinggian, tak hanya hancur tapi juga remuk.
Vania tertawa sumbang dengan air matanya ya sudah menetes deras.
"Menikah, Mas? Aku tak sudi kamu duakan."
Vania menghempaskan tangan Gala dari tangannya.
"Lepas, aku tak sud1 kamu s3ntuh."
"Sudah ketahuan selingkuh, lalu sekarang beralasan ingin menikahinya? Berbuat d0sa ya d0sa saja, Mas. Tak perlu kamu balut dengan pernikahan. Dasar menj1j1kkan."
"Sudah ku bilang tvtvp mulutmu, Vania."
Dengan emosi Gala justru m3nd0r0ng Vania yang hendak meninggalkannya dan menuju kamar mandi.
Braakkk!
Kejadian itu bersamaan dengan seorang yang masuk ke dalam ruangan Vania.
"Ya, ampun!" seru wanita itu.
Gala yang tertangkap basah menoleh ke arah perawat tersebut, sedangkan perawat sudah berteriak meminta bantuan.
Gala panik dan memilih pergi karena melihat beberapa perawat yang menuju ke kamar itu, dia justru berlari.
Perawat yang tadi datang pertama menyuruh temannya untuk mengajar Gala. Sedangkan dia dan teman yang lain segera menolong Vania.
Vania meringis, darah merembes hingga ke lantai, panggilan darurat sudah sampaikan ke dokter jaga.
Dia segera diangkat ke brankar tapi kondisi Vania sangat buruk, begitu juga dengan janinnya. Vania sempat memberikan sebuah kartu nama pada seorang perawat dan memintanya untuk menghubungi orang yang ada di kartu nama tersebut.
Gala berhasil kabur bahkan satpam rumah sakit nyaris menjadi korban tabrak lari. Begitu pengecutnya seorang Gala Ardiansyah.
Pertengkarannya dengan Gala dini hari tadi menjadi sebuah malapetaka bagi Vania. Dia harus keh1l4ngan j4n1n yang ada di dalam perutnya.
Kondisi Vania sangat lemah pasca menjalani kuret. Dia sudah dipindahkan ke ruang yang berbeda dan melarang untuk memberi tahu keberadaannya pada Gala.
Urusan Gala akan Vania pikirkan nanti setelah dirinya benar-benar sembuh. Vania benar-benar butuh ketenangan sekarang, dia harus segera sembuh agar dia bisa membalas sakit hatinya pada orang-orang yang telah menyakitinya.
Setelah insiden di rumah sakit, Gala langsung menuju ke hotel. Dia hanya berjalan mondar-mandir dan sesekali menyugar rambutnya dengan kasar, memikirkan kebodohannya yang pergi meninggalkan istrinya begitu saja.
"P3ng3cut kamu, Gala!" maki pada dirinya sendiri.
Gala harap-harap cemas, berharap ada pihak rumah sakit yang menghubunginya dan memberi tahu keadaan istrinya.
Tubuh Gala sangat lelah, tanpa sadar dia terlelap begitu saja di atas sofa.
Pagi harinya Gala memilih sarapan di restoran hotel. Mira tidak sengaja melihat pria itu lalu mendekatinya.
"Kamu semalam tidur di hotel, Mas?"
"Kamu pikir di mana?" balas Gala acuh
, tanpa melihat ke arah Mira.
"Ya, aku pikir kamu menyusul ke tempat istrimu, karena kamu meninggalkanku begitu saja."
"Laki-laki kalau sudah dapat enaknya main pergi begitu saja, dipikir wanita itu alat p3mu4s," sindir Mira.
Gala yang awalnya memaksakan sarapan meski dirinya tidak bernafsu, sekarang semakin tak bisa menelan karena kehadiran Mira yang terus mengoceh.
Tanpa berkata apapun Gala langsung meninggalkan Mira. Wanita itu tak berhenti berteriak dan membuat perhatian orang-orang yang berada di restoran tertuju padanya.
"Mas!"
Sepanjang perjalanan lift, Mira terus saja berteriak memanggil Gala.
"Diamlah, Mira. Jangan membuat gaduh. Lihatlah, orang-orang jadi memperhatikanku juga," ketus Gala.
Di dalam lift Mira terus saja mengoceh membuat Gala semakin pusing. Mira bahkan menerobos masuk ke kamar Gala.
"Mira keluar!" bentak Gala.
"Kamu mengusirku, Mas? Setelah apa yang kita nikmati selama setahun ini, kamu mengusirku keluar? Kamu lupa tadi malam terus menyebut namaku saat kita memadu kasih!"
"Apa sekarang kamu benar-benar mencintai wanita itu, setelah dia hamil anakmu?"
Gala kembali membentak Mira dan menyuruh wanita itu menutup mulutnya. C3kc0k diantara keduanya tak bisa bisa terelakkan. Mereka saling menyalak, hingga Gala yang tak terima melayangkan t4mp4ran di pipi Mira.
"Jangan pernah lagi kamu meninggikan suara padaku Mira. Asal kamu tahu, Vania selalu bersikap lembut padaku, tidak sepertimu," ucap Gala membandingkan antara dia wanita yang bertahta di hatinya.
"Kamu menamparku, Mas? Dan lebih membela istri pelarianmu itu?" balas Mira penuh emosi.
"Sekarang kamu pilih aku atau dia, Mas?"
Gala hanya diam, dia sedang mengatur emosinya.
"Keluar, Mira. Sebelum aku melakukan hal yang tidak diinginkan."
Mira tak menggubris ucapan Gala.
"Jawab, Mas. Kamu pilih aku atau wanita sialan itu!"
"Keluar!" bentak Gala.
"Keluar, Mira. Biarkan aku tenang, Kita bahas soal ini lain kali. Kalau kamu memaksaku sekarang, kamu tak akan mendapat jawaban yang memuaskan batinmu. Pergilah!" Gala kembali mengusir Mira.
Dengan sedikit menyeret tangan Mira, Gala mengusir wanita itu keluar dari kamarnya. Mira masih terus melayangkan protes, dia bahkan terus mengetuk pintu Gala dengan kasar.
Gala menyugar rambutnya dengan kasar, pikirannya tertuju pada Vania. Bagaimana keadaannya.
Gala menghubungi nomor Vania, tapi hanya operator yang setia memberi jawaban.
Gala berpikir keras, batinnya berperang, antara kembali ke rumah sakit atau tidak.
*
Kira-kira Gala akan kembali ke rumah sakit atau tidak?
Bersambung …
***
Judul : ISTRI K4YA YANG KAU KHIANATI
Penulis : Cassandra Ruby
***
Baca selengkapnya
⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️
https://read.kbm.id/book/detail/a5afe5fe-13a3-4903-bb88-25194e8d8167?af=5141e8ba-3429-4251-b5cd-c237d66a025f