Awalan

PERILAKU ANEH ANAKKU

 “Mi Ch4t?”



Aku mengernyit. Aplikasi apa ini? Apa ini aplikasi pesan sejenis whats4pp atau semacamnya? 


Aku menggulir layar notifikasi ponsel milik Anggi dan membaca pesan dari aplikasi tersebut. 


[500 boleh nggak c4ntik?] 


Apa maksudnya ini? 500? Apanya yang 500? Apa Anggi menjual sesuatu di aplikasi ini? Atau perhiasan tersebut yang Anggi jual? Atau bagaimana?


Namun ketika aku ingin membuka notifikasi pesan dari aplikasi Mi Chat itu ponsel Anggi rupanya dikunci dengan beberapa digit sandi. 


“Kenapa pake dikunci segala? Sejak kapan Anggi ngunci HP-nya begini?” gumamku semakin curiga. 


Sebab sejak dulu Anggi tidak pernah mengunci ponselnya, jadi aku bisa leluasa mengecek. Tetapi beberapa minggu terakhir ini aku memang sibuk dan tidak pernah me-nyentuh ponsel Anggi sama sekali. 


“Ah, kucoba masukin tanggal lahirnya, deh,” ucapku. 


Namun tetap salah. Aku mengernyit. Lalu memasukkan tanggal lahir Chika. Masih tetap salah. Sekarang tinggal tersisa satu kesempatan lagi untuk membuka ponsel milik istriku. 


“Pasti ada sesuatu yang disembunyiin sama dia,” gumamku melirik curiga ke arah Anggi yang masih tertidur pulas di sebelahku. 


Aku meletakkan ponsel Anggi, menyerah untuk mencoba membuka ponsel yang disandi itu. Lalu kembali berbaring dengan kepala makin penuh dengan pertanyaan. Kentara sekali Anggi tengah mencoba untuk menutupi sesuatu dariku. 


“Nggi, kenapa HP-mu disandi?” tanyaku dengan mata menyipit keesokan harinya. 


“Emang kenapa?” sahut Anggi jutek, sepertinya ia masih marah padaku karena masalah semalam.


Bukankah itu aneh? Seharusnya aku yang bersikap seperti itu, karena di sini Anggi sudah mem-bohongiku selama ini dan menyembunyikan sesuatu. 


“Coba buka HP-mu!” perintahku pada Anggi yang disambut tatapan sebal. 


“Apa, sih, Mas? Mas curigain aku lagi?!” ucap Anggi dengan suara yang ditahan sebisa mungkin agar terdengar rendah. 


“Ya, coba dibuka dulu HP-nya, aku mau liat,” tegasku. 


Anggi berdecak kecil, lalu menyodorkan ponselnya setelah memasukkan kode sandi padaku. Aku menggulir layar ponselnya, mencari notifikasi semalam yang sudah hilang entah ke mana. Aku juga mencari-cari aplikasi Mi Chat, tapi tidak kutemukan di manapun. 


“Udah, sini, Mas nyari apa, sih?” Anggi merebut ponselnya lagi lalu memasukkannya ke dalam tas. Belum sempat aku membuka mulut, Anggi melenggang pergi begitu saja. “Jangan dibahas di sini, Mas, aku nggak mau Chika sama Ibu denger.” 


Aku menuruti ucapan Anggi bukan semerta-merta aku tunduk padanya, tapi karena aku juga tidak mau Ibu mendengar perkelahi4nku dengan istriku sendiri. Jadi, aku memilih untuk menahan mulutku sampai tiba di rumah. 


Keesokan paginya setelah pulang dari ibu. Anggi sibuk mengurus Chika sebelum berangkat sekolah. Sedangkan aku sendiri juga harus pergi untuk membuka bengkel lebih pagi.


Jadi kami tidak sempat membahas masalah kemarin. Tapi aku tetap mencari tahu tentang aplikasi itu dan belum menemukan apa-apa.


Akhirnya keputusan untuk bertanya kepada Riki yang pastinya tidak gagap teknologi seperti aku.


“Rik, kamu tau aplikasi Mi Ch4t?”


Riki malah tertawa. “Kenapa nanya-nanya Mi Ch4t, Bang? Mau pesen cewek?” 


Aku mengernyit bingung. “Pesen cewek? Maksudnya gimana?” 


“Lah, Abang tanya Mi Ch4t mau buat apa?” Riki justru balik bertanya. Seperti itu bukan aplikasi biasa.


“Aku tanya itu aplikasi apa, soalnya aku nggak tahu.” 


“Mi Chat biasanya dipake buat cewek-cewek ju4lan, Bang,” sahut Riki sambil menahan tawa. 


Jual4n? Kalau benar begitu, berarti pesan singkat di ponsel Anggi adalah orang yang menawar? Tapi, kenapa gaya pesannya sambil menggod4 istriku begitu?


“Jual4n apa?” tanyaku makin tidak paham. 


Riki tertawa kencang, mungkin karena melihat wajahku yang tidak tahu apa-apa. “Jual4n bad4n, Bang.” 


Aku terkejut sampai membulatkan mata mendengar jawaban Riki. 


“Ah, masak begitu, Rik? Yang bener aja kamu."


“Lah, emang yang Mas tahu itu aplikasi buat apa? Setau saya sih itu aplikasi buat pesen cewek, Bang. Cewek-cewek open B0,” jelas Riki. 


“Open B0? apa itu?” Keningku semakin berkerut tidak mengerti. Istilah itu benar-benar asing ditelingaku.


“Booking4n. Kasarannya, ya, ju4l diril4h. Emang kenapa Bang Aksa nanya-nanya begituan? Mau pesen ce-wek, ya?” Riki menaik turunkan alisnya meledekku. 


“Nggak, bukan begitu. Cuma … penasaran aja,” bohongku. “Itu aplikasi Mi Ch4t emang khusus buat begituan atau punya fungsi lain? Siapa tau, ‘kan, nggak semua penggunanya begitu.” 


Riki menggeleng. “Setau saya di Indo gini dipake buat cewek-cewek begitu, Bang. Jaman sekarang kalo mau pake aplikasi pesan mah ada wh4tsapp, ngapain ke Mi Ch4t?” 


Aku terdiam. Jangan-jangan Anggi juga seperti itu di sana? Ah, tapi … apakah mungkin? Apa pekerjaan online yang Anggi maksud adalah menju4l diriny4 sendiri? 


“Abang, kok ngelamun?” Riki menyenggol lenganku dan membuatku terkejut. 


“Kamu punya aplikasinya nggak, Rik?” 


“Abang ini ada-ada aja! Mana mungkin saya punya aplikasi begituan!” seru Riki cepat. “Udah saya hapus sih bulan lalu.” 


“Berarti kamu pernah order di sana?” tanyaku yang membuat Riki meringis. 


“Dulu, sekarang udah tobat.” 


“Coba ajarin aku pake aplikasinya,” pintaku. Jangan berpikir macam-macam, aku hanya ingin tahu bagaimana cara menggunakan aplikasi itu untuk menyelidiki Anggi.


“Serius, Bang? Saya nggak ikutan, loh, ya, kalau ada apa-apa.” Riki mengangkat kedua tangannya. 


“Udah tenang aja, yang penting kamu ajarin saya dulu cara pake Mi Ch4t,” ucapku, sembari menyerah ponsel.


BERSAMBUNG, BACA SELENGKAPNYA DI KBM DAN SUDAH TAMAT


JUDUL : PERILAKU ANEH ANAKKU

PENULIS ACHA07


https://read.kbm.id/book/detail/4c24410b-b391-49b5-8dd2-899829ee5010?af=0dc2d64b-60ba-5a86-831f-76a42d1e05a8

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel