AKIBAT PERNIKAHAN DINI
GARA-GARA MENONTON VIDIO#3
Semenjak kejadian itu, Salsa menjadi sosok yang pendiam. Rasa trauma yang ia peroleh dari perilaku Arga terhadap dirinya. Membuat Salsa menarik diri dari setiap pergaulan yang selama ini ia miliki.
Termasuk, memutuskan hubungannya dari Arga. Arga belum bisa Terima dengan keputusan itu. Ia tetap berusaha agar Salsa mau menerima dirinya kembali.
Suatu ketika Arga menarik lengan Salsa saat dirinya tengah berada di toilet sekolah seorang diri.
Niat Arga tidak jahat, ia hanya ingin kembali menjalin hubungan seperti sebelumnya, namun Salsa yang masih merasa trauma dengan sikap Arga tempo hari pun berteriak histeris bahkan dirinya sampai pingsan hingga dibawa ke ruang UKS.
Beruntung beberapa menit kemudian Salsa kembali sadar. Sejak saat itu, Salsa meminta pada kedua orang tuanya untuk di pindahkan ke sekolah yang lain, tanpa Salsa memberitahukan apa alasanya.
Dua minggu berlalu.
Salsa telah pindah sekolah. Namun bukan berarti rasa traumanya menghilang semudah itu. Terlebih karena akhir-akhir ini ia merasakan ada yang tidak wajar dengan kondisi tubuhnya.
Akhir-akhir ini Salsa sering merasa mual. Ia juga sering pingsan di sekolahnya yang baru.
Hari itu, sepulang sekolah Salsa langsung pergi ke kamar mandi yang berada didalam kamarnya. Dari dalam tas sekolahnya ia mengeluarkan sebuah benda kecil. Dengan tangan yang gemetar ia menggunakan benda pipih panjang itu sesuai petunjuk pada kemasan benda tersebut. Jantungnya berdebar kencang, seluruh tubuhnya serasa panas dingin.
Seiring dengan itu keringat dingin mengucur deras saat tatapannya berfokus pada benda pipih yang ia rendam sebagian pada cup berisi air sen1nya sendiri.
"Hah Positife!" pekik Salsa,
matanya mendelik, menatap tajam garis dua yang muncul, pada benda panjang kecil di ujung telunjuknya saat itu.
“Nggak mungkin" Salsa menolak untu percaya, ia kembali membuka test pack yang lain, untuk menjalani test yang kedua. Tubuhnya gemetar, hatinya was-was.
Ia berharap jika test pack yang baru dia dapat dari Apotek saat sepulang sekolah itu, akan memberikan hasil yang berbeda dari test sebelumnya.
Air Sen1 dalam cup mulai merambat naik. Dengan perasaan gelisah, tatapanya memperhatikan, stick kecil yang mulai mencetak dua garis merah di tengahnya.
"Nggak mungkin!" bumi serasa bergoyang, Salsa hampir pingsan saat melihat hasil terakhir dari 2 buah test pack yang ia miliki. matanya kini mulai ber embun.
Harapan dan semua impian yang ia miliki selama ini kini sirna. Terbayang sudah, bagaimana keluarganya akan merasa sangat malu, jika semua orang sampai tahu tentang kehamilanya itu.
Tubuh Salsa serasa gontai, bahkan untuk menangispun ia sudah tidak mampu, mungkin karena terlalu sering sejak 2 minggu yang lalu, hingga mungkin air matanya kini telah habis.
*
"Maaf kan aku, Mah, Pah," entah apa yang terlintas di benak Salsa saat itu. Ketika ia dengan nekat melukai pergelangan tangan kirinya dengan sebuah kutter, hingga membiarkan d4rahnya menetes dengan deras.
Seketika itu tatapannya berkunang. Tubuh Salsa ambruk diatas lantai kamarnya.
"Maafkan, Salsa, Mah, Pah," kalimat yang terus menerus terucap, hingga akhirnya matanya mulai terpejam dengan sendirinya, posisi tubuhnya meringkuk diatas lantai keramik, sementara d4rah segar masih terus mengalir membasahi lantai kamarnya.
***
"Sembarangan kamu!" maki Desti, kesal dengan suara menahan tangis.
Salsa baru membuka mata, setelah sehari penuh tidak sadarkan diri, dilihatnya 2 orang yang paling dia sayangi, telah duduk di sisi brankar tempat dirinya terbaring saat itu.
"Kamu kenapa sayang? Kenapa kamu sampai nekat begini? Untung kemarin Papah datang ke kamarmu tepat waktu, coba kalau tidak?!" kali ini Rudy, Ayah Salsa, mengambil posisi lebih dekat agar bisa menggenggam telapak tangan putrinya, yang membiru karena hampir saja kehabisan d4rah.
Salsa hanya menggerakkan bola matanya, kearah kedua orang tuanya, yang berada di dua sisi berbeda, secara bergantian.
"Jawab dong Sa, jangan bikin Mamah, Papah khawatir" desak ibunya, dengan mata yang sembab, karena menangisi Salsa seharian.
Sedangkan Salsa menjawab dengan isak tangis, yang membuat 2 orang di sampingnya semakin panik.
"Maaf..." begitu kalimat yang terlontar dari mulut Salsa dalam tangisnya, hingga kedua orang tua yang tak kuasa menahan pilu, memeluk tubuh lemas putrinya.
Karena desakan yang terus menerus dari kedua orang tuanya, Salsa akhirnya menceritakan semua yang pernah dialaminya 2 minggu yang lalu, yang menyebabkan dirinya kini harus mengandung benih, di usianya yang masih sangat muda.
"Kurang 4jar!!!" pekik Desti,
tanpa sadar ia menghentakan salah satu bogem mentahnya, memukul tepi kasur yang menjadi alas tidur Salsa saat itu.
Sebagai seorang Ibu yang merasa anak gadisnya telah di zalimi, tentulah Desti murka, kedua tanganya kini mengepal kuat. Tatapan kosong, dengan sorot mata yang begitu tajam lurus kedepan, rasanya dia ingin segera mencincang habis tubuh Arga yang telah berani mel3cehkan anaknya itu.
"Mah mau kemana, Mah?!!" Rudy sigap menangkap istrinya, begitu menyadari istrinya hendak beranjak pergi, dengan setumpuk amarah yang dibawanya.
Sama halnya dengan Desti, Rudy juga begitu terpukul dengan apa yang telah di alami anaknya. Tapi Rudy berusaha tetap tenang dan memikirkan jalan keluar yang terbaik.
"Lepasin pah, aku mau bun*h si Arga itu! Lepasin!!" Desti terus saja meronta, layaknya seseorang yang tengah kesurupan berusaha melepaskan diri dari dekapan Rudy, yang masih menahan tubuhnya saat itu.
"Sabar, Ma! Semua tidak harus di selesaikan dengan kekerasan, kita akan cari jalan terbaik" bentak Rudy, berusaha menyadarkan istrinya.
"Sabar Ma, sabar, kita pasti akan balas perbuatan Arga, tapi tidak dengan kekerasan, Ya" Rudy kembali menenangkan istrinya, hingga akhirnya Desti berhenti berontak, dan luruh diatas lantai dengan tangis sesenggukan.
Melihat kedua orang tuanya seperti itu, Salsa semakin merasa bersalah.
***
Di sisi lain.
"Selamat siang"
"Siang, Pak" Yuni nampak panik ketika tiba-tiba, 2 orang laki-laki berseragam polisi. datang kerumahnya.
"Mohon maaf, Buk, apa benar ini rumah dari, saudara Arga Prayoga?" tanya salah satu Polisi tersebut.
"Iya benar. Ada apa ya, Pak?" jawab Yuni, masih dalam kebingungan.
"Kami membawa surat penangkapan, untuk Saudara Arga Prayoga, atas dugaan kasus pelecehan se*ual terhadap saudari Salsa Dewantari"
Serasa petir tiba tiba menyambar. Saat Yuni Mendengar jawaban dari kedua polisi tersebut, dirinya semakin syok, terlebih saat kedua polisi itu membawa Arga dengan paksa ke kantor polisi.
Yuni berusaha mencegah, tapi apalah daya, dia tidak bisa mencegah hukum yang berlaku.
***
Keesokan harinya.
"Selamat siang, Jeng"
Desti hanya melotot saat melihat, 2 orang wanita yang baru saja tiba di ruangan, tempat Salsa di rawat.
"Hallo sSalsa ... bagaimana kabar kamu? Sudah agak baikan kan?" dengan perasaan sungkan, Yuni mendekati Salsa, setelah sapaanya kepada Desti tidak mendapat jawaban.
"Udah agak mendingan sih Buk, soalnya penjahatnya udah di tangkap sama polisi" jawab Desti, dengan nada penuh sindiran menghentakkan hati Yuni dan Sarah yang merupakan ibu dan kakak perempuan dari Arga.
"Harusnya nggak perlu lah jeng sampai bawa-bawa polisi, lagi pula kedua anak kita kan memang pacaran, mereka sama-sama saling suka kok" jawab Yuni berusaha menyembunyikan amarahnya.
"Sa...harusnya kan kamu jelasin dong sama Mamah kamu?" Yuni kembali menoleh kearah Salsa, yang masih lemah terbaring di brankar rumah sakit, sedangkan Salsa hanya terdiam dengan segudang amarah dan matanya yang berkaca- kaca.
"Maksudnya apa, Buk? Anak saya bukan gadis gampangan ya!!" Desti memekik membuat Yuni dan Sarah merasa gentar.
"Oh, maksud saya bukan begitu jeng… eh maksud saya. Begini, sebenarnya, ini masalah keluarga jeng, kita bisa selesaikan secara kekeluargaan saja, nggak perlu pakai jalur hukum, lagi pula saya pastikan Arga akan bertanggung jawab, atas kesalahan yang telah terjadi ini" papar Yuni berusaha terlihat seramah mungkin.
"Bertanggung jawab bagaimana maksudnya?" tukas Desti, masih dengan nada sinis.
"Arga, mau kok jeng nikahin Salsa, lagi pula mereka kan juga saling suka, ya... kita satukan saja Jeng." perkataan Yuni kali ini hampir membuat Salsa muak.
"Mana mungkin, mereka masih di bawah umur!" Desti mendelik, saat mendengar sesuatu yang kurang masuk akal baginya.
"Lah, terus bagaimana nasib janin yang di kandung Salsa? Kalau misalnya Arga tidak bertanggung jawab?" Yuni memberi pertimbangan yang berat kepada Desti.
Desti menarik nafasnya panjang, ia tak mungkin membiarkan seseorang yang telah merenggut kehormatan anaknya Bebas.
Tapi dia juga bukan orang jahat, yang akan tega memaksa anaknya menggugurkan janin yang tidak berdosa.
"Ma" suara Rudy yang baru masuk membuyarkan pikiran Desti.
Rudy melihat sekeliling. Kemudian membalas sapa anggukan dari Yuni dan Sarah.
"Ada apa, Mah?" tanya Rudy kepada Desti saat menemukan raut wajah tegang dari istri dan anaknya.
Yuni memaparkan juga maksud dan tujuannya, kepada Rudy, mendengar segala pemaparan dari wanita yang umurnya sedikit lebih tua darinya itu, Rudy berfikir cukup lama,
"Baik lah, kami akan cabut laporan terhadap Arga" Rudy akhirnya kembali bersuara setelah terdiam cukup lama, yuni dan Sarah merasa senang dan lega, sedangkan Desti dan Salsa, menatap heran dengan keputusan Rudy.
"Tapi dengan satu syarat" sambung Rudy, membuat Yuni dan Sarah, yang sempat berbinar karena senang kini kembali merasakan kecemasan.
Bersambung..
JUDUL: AKIBAT PERNIKAHAN DINI
Penulis: Rava Purwati
AKIBAT PERNIKAHAN DINI [TAMAT] - Rava Purwati
Salsa dan Arga baru berusia 14 tahun saat mereka menikah dan memiliki seorang anak. lalu, bagaimana ...
Baca selengkapnya di aplikasi KBM App. Klik link di bawah:
https://read.kbm.id/book/detail/ce83fd06-d69a-46a9-9d0b-3687fd780685?af=18011232-9988-40f6-8b89-64067d5f24e1