Awalan


 "Buka kerudung dan ba jumu," titah salah seorang lelaki dengan sebuah kamera di tangannya.


"Kenapa harus membuka kerudung dan bajuku?" 

 

"Trus, kamu akan berfoto dengan penampilan seperti ini?" ia terkekeh.


"Lelaki mana yang mau memb* kingmu?" lanjutnya.


"Memb* king? Apa maksud kamu? Bukannya aku akan dijadikan model majalah muslimah?" mundur beberapa langkah tatkala tangan lelaki itu berusaha menyibak kerudungku.


Semakin mendekat, membuat detak jantung berpacu tak karuan. Keringat dingin keluar dipelipis kening. Hingga suara seorang wanita menghentikan langkahnya.


"Baiklah, nanti aku akan kirim yang masih perawan," ujar si pemilik tubuh langsing itu, berbicara dengan seseorang dibalik ponsel.


"Herman, dia tidak usah dipotret! Sudah ada yang mau pake. Kamu bawa saja dia ke hotel biasa," perintah si wanita kepada lelaki di depanku.


"Oke, Tante!" sigap Herman, si lelaki itu menarik tanganku.


"Aku mau dibawa kemana?" berontak agar terlepas dari cengkramannya.


"Brisik!" terus menarik hingga aku hampir terjatuh karena gamis yang melebihi mata kaki.


"Jangan lupa ganti pakaiannya!" teriak wanita tadi sebelum kami melewati pintu.


"Lepasin, Aku!" mengiba, meski tak sedikitpun dia hiraukan.


Memasuki sebuah ruangan, tubuhku dilempar di atas ranjang. Seorang wanita berperawakan lelaki datang.


"Ganti bajunya! Dan perbaiki make up nya!" titah Herman kepada wanita itu.


Si Wanita mengamatiku dari ujung kepala hingga kaki, "Dapat dari mana? Pasti korban bang Heru!" nama lelaki yang mengaku agenci model dan membawaku ke sini disebut.


"Siapa lagi yang lihai menipu gadis polos untuk di jual pada tante Reka, kalau bukan dia?" sahut Herman.


Si wanita menatap nakal kearahku. "Sini, manis! Akan aku buat kamu seperti bidadari sebelum menikmati indahnya surga dunia."


Plak! 


Aku memukul telapak tangannya begitu keras.


"Berani, kamu? Melawan Bela?" bentak wanita yang ternyata bernama Bela.


Geram, dia menjambak kerudungku hingga terlepas, lalu melucuti baju dengan kasar.


"Hentikan!" teriakku, namun bukan rasa iba yang dia beri melainkan tamparan bertubi membuat tubuhku terkulai seketika itu juga.


***


Mengerjapkan mata beberapa kali, kemudian bangkit dari ranjang. Aku mendapati ruangan yang berbeda.


"Astagfirullah!" terkejut dengan apa yang aku kenakan saat ini. Dress ketat menempel di badanku, kaki jenjang yang selalu ku tutupi kini bertelanjang.


"Di mana aku? Tolong!" suaraku sudah mulai parau.


Kenapa menjadi seperti ini? 


Satu bulan yang lalu bang Heru datang ke kampungku sebagai wisatawan. Tidak sengaja kami saling berpapasan dan menit itu juga dia mengajakku berkenalan. Ngobrol banyak hal seputar dunia modeling, dia mengimingiku gaji yang besar hanya dengan berpose di depan kamera. Niat hati ingin merubah peruntungan keluarga yang serba kekurangan, aku pun menerima tawaran bang Heru yang mengajakku untuk menjadi salah satu modelnya. 


Baru kemarin harapan kuterbangkan setinggi langit, sekarang, semua terjatuh, pupus karena ternyata aku korban perdagangan wanita untuk dijadikan pelampias syahwat lelaki hidung belang. 


Mengamati seisi ruangan, berharap masih ada celah untuk melarikan diri, namun nihil. Pintu jelas terkunci, jendela dan kamar mandi pun tidak ada yang menjadi jalanku untuk kabur.


Kembali duduk di bawah ranjang, ku lirik jam di dinding yang menunjukan waktu salat isha. Aku bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berwudhu. Menggunakan sprai untuk menutupi auratku, segera kutunaikan salat empat rakaat itu.


"Assalamu'alaikum warrahmatullah."


"Apa pelac *r juga salat?" 


Terpelajat ketika ada suara dari belakang. Ketika berbalik, seorang lelaki berpostur tubuh tegap dengan wajah oriental dan sedikit kumis menghiasi atas bibir tengah duduk di tepi ranjang.


"Siapa kamu?" dengan tangan terus menutupi memegangi sprai sebagai penutup tubuh, aku berdiri dan menjauh darinya.


Ia memicingkan mata, lantas ikut berdiri dan menganyunkan beberapa langkah mendekati ku.


"Aku lelaki yang meminta tante Reka menyiapkan perawan untuk kutiduri malam ini."


Kembali tersentak atas pengakuannya, langsung aku bersujud.


"Aku mohon tuan, jangan lakukan ini padaku. Kasihani aku, tuan."


Ia bergeming.


Mendongakan kepala hingga pandangan kami beradu. 


"Aku telah di tipu pak Heru yang katanya ingin menjadi kan ku model majalah muslimah. Tolong bantu untuk keluar dari sini!" terus mengiba, terlihat nanar mata yang sendu. Kalau bukan pada posisi seperti ini kami bertemu, mungkin aku tidak akan menyangka kalau dia lelaki hidung belang yang mencari kepuasan di rumah bordil. 


"Jadi, kamu baru di sini?" 


Aku mengangguk.


"Kalau kamu ingin terbebas dari rumah bordil ini, jadilah istri keduaku. Aku akan menebusmu dari tante Reka."


"A-pa? Istri kedua?" tanyaku tidak percaya dengan apa baru saja terdengar.


Haruskah aku menjadi istri kedua demi terbebas dari rumah bordil?


Judul "ISTRI KEDUA DARI RUMAH BO RDIL"

Kbm app_Ratingkem28

Joylada_Rat Ingkem

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel