Awalan

ADUAN ASISTEN RUMAH TANGGAKU

 

MAU BERMAIN  A P I DENGANKU, MAS? SUDAH SIAP HIDUP DI JALAN? 


"Sudah tiga bulan selama Ibu di sini suamimu itu belum juga pulang dari dinasnya.” Ibu mertua berucap.


Ya, selama tiga bulan terakhir, memang ibu Mas Darwis tinggal bersamaku, sebelumnya Ibu tinggal bersama Mas Rangga kakak lelaki Mas Darwis. Semenjak Ayah Mas Darwis meninggal, ibu diboyong oleh Mas Rangga, tapi sejak istri Mas Rangga melahirkan, ibu jadi tidak terurus. Mas Darwis memintaku membawa ibu tinggal bersama kami. Mengingat saat ini ibu membutuhkan perawatan ekstra karena penyakit diabetesnya hingga mengakibatkan luka pada kaki ibu.


“Ibu sangat rindu dengannya,” ucapnya lagi.


"Dua hari lagi, Bu. Sabar ya, kalau begitu Asya berangkat dulu, takut kesiangan,” pamitku pada wanita yang selama satu tahun ini menjadi mertuaku. 


Seperti biasa, pagi ini aku menjalani rutinitas sebagai dokter spesialis di salah satu rumah sakit Swasta. Sedangkan Mas Darwis masih tetap menjalani pekerjaannya di salah satu proyek yang terikat dengan kontraktor. Dalam sewaktu-waktu ia bisa pergi ke luar kota meninggalkan rumah selama berjalannya proyek.  


Sebelum berangkat aku juga sudah menyiapkan segala keperluan ibu. Karena jarak rumah sakit dari rumah lumayan dekat, bisanya saat jam makan siang aku akan pulang untuk menyiapkan makan dan obat yang harus ibu minum. Tapi semenjak usia kandunganku semakin membesar, aku jadi mudah lelah. Sepertinya aku harus mencari asisten rumah tangga agar ada yang mengurus ibu. Tadinya rencana aku hanya akan mencari Beby siter setelah melahirkan. 


Sebelumnya aku dan mas Darwis juga sudah membicarakan perihal rencanaku untuk memperkerjakan Asisten rumah tangga. Suamiku sangat setuju dengan usulanku. 


**


Akhirnya aku mencari asisten rumah tangga melalui yayasan atas rekomendasi mas Tegar kakak sepupu Mas Darwis. Dulu ia mencari Asisten rumah tangga untuk ibunya dari yayasan. Mas Tegar juga bersedia untuk datang langsung ke yayasan tersebut.


“Bisa langsung datang sore nanti, Mas?” tanyaku pada mas Tegar melalui sambungan telepon.


“Semoga saja,” jawabnya, sebelum memutus sambungan telepon dariku. 


~


Sore hari Mas Tegar datang bersama seorang wanita paruh baya, usianya mungkin sama dengan ibu mertuaku. Semoga ibu cocok dengannya.


“Dengan ibu siapa?” tanyaku.


“Panggil saja Lastri, bu,” jawabnya.


“Bu Lastri, ibu kan lebih tua dari saya,” ucapku kemudian. 


Aku juga memberi tahu bu Lastri apa saja yang harus ia kerjakan selama aku berada ditempat dinas.


Sepertinya bu Lastri juga sangat cekatan. Ia juga mahir mengurus orang sakit. Ibu juga cocok dengannya. 


~


Meskipun sudah ada bu Lastri, saat hari libur aku tetap mengurus ibu. Kebetulan hari ini mas Darwis datang. Kemungkinan ia di rumah hingga dua minggu ke depan. 


Tetap hari ini aku berangkat untuk berdinas. Kemungkinan satu bulan lagi aku baru mengurus cuti untuk melahirkan. 


Tapi saat ditempat dinas aku mendapat telepon dari bu Lastri. Ia memintaku untuk pulang, dan saat ini ia sudah menungguku di depan gang jalan masuk perumahan. 


‘Ada apa ini sebenarnya? Membuatku penasaran saja. Padahal baru dua hari bu Lastri bekerja di rumah.


“Ada apa, Bu?” tanyaku saat sampai di tempat di mana Bu Lastri sudah menungguku. 


Bu Lastri terlihat gugup dengan pertanyaanku. 


“Sebaiknya bu Asya lihat sendiri,” ucapnya seraya berjalan membimbingku menuju rumah.


Tentu saja aku sangat penasaran, sebenarnya apa yang akan bu Lastri tunjukkan. 


Ia membuka pintu rumah dengan perlahan, lalu membimbingku ke depan pintu kamarku. 


“Buka saja bu Asya, ibu harus melihat sendiri,” ucapnya lirih. 


“Loh, Asya sudah pulang? Sejak kapan?” pergerakan tanganku berhenti pada daun pintu, ibu datang dengan kursi rodanya. 


“Kalau begitu ibu minta tolong untuk membuatkan teh, ibu ingin teh buatanmu,” pinta ibu kemudian. 


Ibu sangat terlihat gugup, sambil terus menatap ke arah pintu kamar yang sudah tak berjarak denganku.


Sepertinya ibu sengaja mencegahku agar tak masuk ke dalam kamar. Semakin membuatku penasaran.


“Darwis! istrimu datang!” lanjutnya berteriak. 


Tak menunggu lama, segera daun pintu itu kuputar hingga membuat pemandangan tidak senonoh terlihat olehku, bu Lastri dan tentunya ibu. 


Wajahku memerah, tubuhku memanas, darahku mengalir deras. Jantungku bak ditikam belati.


“Apa yang kalian lakukan, hah? Siapa dia Mas?!” teriakku murka. 


Mas Darwis sibuk menutupkan selimut ke tubuh wanita yang saat ini masih berada di ranjangku. 


“Ibu tahu dengan perbuatan hina ini? Dan ibu sengaja ingin menutupinya?!” 


“Jangan membentak Ibuku!” sergah Mas Darwis. 


Sedikit pun ia tak memiliki rasa malu dengan perbuatannya. Sesak di dada makin kurasakan, tapi aku harus tetap berdiri.


“Baiklah! Aku tidak akan membentak ibumu bahkan peduli lagi dengannya. Dan sekarang, silakan bawa ibumu pergi dari rumahku Mas!”


Judul: ADUAN ASISTEN RUMAH TANGGAKU

Penulis: rarakusuma 

Part 1

Link KBMAp 👇


https://read.kbm.id/book/detail/ad41491c-0aad-41bb-abc4-8845a83d1fd6?af=06f2531a-5295-97f8-3882-2523eb82a18f

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel