Awalan

D3paks4 B3rhubung4n Lewat Jalur Lain

 

D3paks4 B3rhubung4n Lewat Jalur Lain_5


Hari itu Randa sudah mulai bekerja seperti biasa, karena masa cutinya juga sudah habis.


"Mas, sakit sekali Mas. Bawakan aku berobat Mas," lirih Hartika merengek, sembari masih meringkuk ditepat tidurnya.


Sementara Hana bayinya menangis terus menerus sejak subuh mulai tadi. Bahkan untuk bangkit, dan menggeser kepalanya saja ia begitu berat sekali. Belum lagi menahan sesak yang begitu tidak mengenakan di bagian belakangnya.


"Berobat apa sih? kamu mau bikin aku malu ya?" sahut Randa sembari memakai kemejanya.


"Punyaku sakit sekali Mas. Tadi pagi waktu aku buang air kecil, ada tetesan d4r4h keluar dari sana. Mungkin luka dalam," lirih Hartika lagi.


"Alah! nanti juga  bakal sembuh kok, nggak usah di manjakan, bawa jalan." 


Sama sekali Randa tidak menghiraukan rintihan, dan rengekan Hartika. Padahal ia bisa melihat sendiri keadaan Hartika. Wajahnya pucat Pasih, seperti tidak ada aliran d4r4h yang menjalar keseluruh tubuhnya.


"Aku mau berangkat kerja. Jangan kamu buat aku menjadi tambah pusing. Ingat, jangan sampai kamu ngadu ke Mbak, atau Ibumu, atau kamu akan menjadi istri durhak4 yang tega membuka aib suamimu sendiri!" 


"Ya, Allah Mas. Aku hanya minta dibawakan berobat saja. Segitunya kamu sama aku, padahal aku begini karena kamu juga."


"Jadi kamu menyalahkan aku? salah kamu sendiri dari awal kamu sudah tau kan? aku sudah punya 3 anak dari istri pertamaku, jadi ngapain kamu mau punya anak lagi? sudahlah jangan mengeluh, nanti setelah masa nifasmu habis, kan bisa tidak kulakukan lagi," ucap Randa enteng.


"Susui itu anakmu. Jangan sampai Mbakmu yang super bawel itu marah-marah, dan mbuat kepalaku menjadi pusing. Aku berangkat dulu, jangan lupa itu baju kemejaku yang dikoper, kamu cuci ulang, karna mau aku pakai besok," tukas Randa lalu pergi dari hadapan Hartika.


"Ya Allah, keterlaluan sekali suamiku. Aku sadar diri punya kekurangan, tapi apa ini akibat dari kekuranganku? apa aku memang layak diperlakukan seperti ini? dulu sebelum lahir Hana, Mas Randa begitu baik, dan tidak memperlakukanku seperti ini," lirihnya sembari menatap kearah Hana bayi mungil yang baru 5 hari putus tali pusarnya.


Hana segera menyusui bayi merahnya itu, setelah Hana tertidur pulas, ia segera berjalan kearah koper dan mengambil sejumlah baju-baju kotor milik Randa suaminya untuk ia cuci.


"Kamu mau ngapain?" tanya Mila saat melihat Hartika kearah kamar mandi.


"Mau nyuci Mbak," jawab Hartika.


"Mau nyuci? jalan saja kamu sempoyongan begitu. Sebetulnya kamu ini udah sarapan atau belum sih? jalan saja nggak ada tenaga. Kamu itu sudah hampir seminggu lahiran, masa iya jalanmu kayak orang yang baru semenit lahiran." 


"Sudahlah, kamu sebaiknya istirahat saja. Biarkan pakaian kalian Mbak yang mencuci. Lagian Mbak mana bisa membiarkanmu mencuci pakaian sebanyak ini," tambah Mila lagi.


Ia segera meraih seluruh pakaian kotor yang dipegang oleh Hartika. "Aku sudah merepotkan Mbak," lirih Hartika pelan.


Ia begitu tidak enak dengan sikap kakaknya itu. Dari mulai ia lahiran, sampai sampai saat ini, kakaknya, dan Ibunya lah, yang mencuci kotor4nnya dan bayinya. Padahal Mila juga punya pekerjaan sendiri yang super sibuk. Begitu juga dengan Ibunya yang harus berjualan di pasar setiap subuh, hingga Sore hari.


"Lebih repot lagi kalau sampai kamu kenapa-kenapa," tukas Mila sembari menggosok-gosok rambut Hartika adiknya.


"Apa ini?" lirih Mila.


Saat ia tengah memisahkan satu persatu pakaian kotor milik Hartika, ia malah menemukan cairan merah kental di boxer putih milik Randa.


"Kok, ada d4r4hnya?" lirihnya sembari tetap mengamati boxer putih itu.


"D4r4h apa ini? jangan-jangan dugaanku benar lagi. Awas kamu ya, Hartika, kalau sampai kamu ketahuan. Eh, tapi tadi malam Hartika tidur denganku. Sementara boxer ini dipakai Randa tadi malam." 


Mila terus bertanya-tanya, apa yang sebenarnya telah terjadi pada adik iparnya, dan Hartika.


"Setelah selesai mencuci nanti, akan aku tanya kepada Hartika. Kalau sampai benar, aku akan usir sekalian itu Randa. Mentang-mentang dia punya segalanya, dia pikir kesehatan Adikku itu tidak penting?" gerutu Mila.


"Ini apa?" Mila melemparkan boxer milik Randa yang sempat ia pisahkan tadi kearah Hartika.


"Apa, ini, Mbak?" tanya Hartika heran, dan tidak mengerti sama sekali maksut Mila Kakaknya.


"Apa kamu bilang? itu apa? itu d4r4h kan? kamu melakukan itu sama Randa?" selidik Mila.


"Melakukan apa Mbak? aku tidak mengerti apa maksut Mbak." Hartati tetap masih tidak mau buka mulut. Apalagi ia sempat di4nc4m oleh Randa agar tidak bicara kesiapapun, atau dirinya akan dicap sebagai istri durh4ka karna telah membeberkan aib suaminya sendiri.


"Melakukan hubungan su4mi istri kan? jawab Hartika? jangan kamu tutup-tutupi. Seharusnya Mbak malu membahas ini kepadamu, tapi apa boleh buat, ini juga demi kebaikanmu, dan kesehatanmu juga."


"Kan, Mbak tau, aku tadi malam tidur di kamar Mbak. Itu d4r4h kotorku, mungkin tercampur sama pakaian lainya. Kan, Mbak tau aku belum selesai, dan masih sangat deras sekali."


Sejenak Mila terdiam, mungkin ia tengah menyimak ucapan Hartika. Haruskah ia percaya kepada ucapan Hartika, atau tidak.


"Gitu, ya? yasudah. Mbak hanya mengingatkan saja. Jangan sampai ucapan Mbak terjadi. Kasihan kamunya nanti." 


"Nggak, lah, Mbak. Aku akan menjaganya kok, aku juga sudah dengar sendiri dari bidan semalam." 


Ternyata Hartika lemah, ia tidak mampu mengadu kepada orang yang akan melindunginya. Cintanya lebih besar kepada suami, dan anaknya, daripada kedirinya sendiri.


"Maafkan aku Mbak. Kalau sampai aku bilang, Mas Randa pasti akan marah besar, dia punya segalanya, bisa saja dia akan membawa Hana nantinya kalau aku sampai macam-macam. Aku masih ingin melihat anakku tumbuh besar," lirih Hartika sembari menyapu airmatanya.


Sore itu, Mila tengah memasak didapur. Kebetulan baju-baju daster milik Hartika ia pakai, karna Hartika yang memberikannya kepada Mila. Alasannya karna tidak bisa dipakai, karna ia menyusui Hana.


"Plak, sayang." 


Deg!....

Seluruh tubuh Mila bergetar setelah tau yang memeluk, dan menyentuh bagian belakangnya bukan Karim suaminya, melainkan Randa adik iparnya.


Yang lebih menakutkan lagi, jari telunjuk Randa sempat menyentuh bagian belakang, yang bisa dibilang tidak wajar.


"Mbak Mila?" ucap Randa terkejut.


Bersambung.

Misteri Diamnya Adikku - Lesta Vi

Seorang wanita berusia 22 tahun yang diperlakukan tidak layak oleh suaminya. Hartika wanita yang bar...


Baca selengkapnya. Klik link di bawah:


https://read.kbm.id/book/detail/241cdd1f-7bd8-48b4-8354-b1f1584bc7f9?af=c12243fb-2c77-4de0-8c3a-031c1b55129d

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel