Surat dari pengadilan Agama
'Surat dari pengadilan Agama? Astaga. Jadi Dinda benar-benar menggugatku?
PoV Han
“Bagaimana keadaanmu?” Aku menghampiri Nia di dalam ruangannya.
Tadi aku tidak berhasil membujuk Dinda, memang seperti itu sikap Dinda. Bahkan dia tidak menyadari kesalahannya. Seharusnya Dinda sadar kenapa aku sampai nekat berbuat seperti itu. Di mana waktunya selama ini?
Aku yakin Dinda hanya mengertak tentang ancamannya ingin menggugatku. Lihat saja, pasti dalam sekejap dia akan memaafkanku. Jangan panggil aku Han jika tidak bisa meluluhkan hati Dinda kembali. Karena aku yakin, Dinda tidak akan pernah mempermalukan Adiknya terlebih dirinya sendiri.
“Aku muak dengan Istrimu!” sergahnya.
Gadis belia itu memancungkan bibir ranumnya sambil mendengkus kesal.
“Sudahlah, jangan seperti ini. Ayo tersenyum,” bujukku.
“Sudah kubilang Istrimu membuatku sangat muak! Dia mengancamku, apa kamu mau tinggal diam dengan perbuatannya? Kita hampir mati karena ulahnya,” protesnya.
'Nia, Nia. Kapan kamu akan berpikir dewasa? Tentu saja Dinda akan bersikap seperti itu. Untung saja kamu adik kandungnya. Jadi Dinda tidak akan pernah tega melukaimu.
Aku hanya menggeleng menanggapi sikapnya yang terbilang masih kekanakan. Percuma saja bila aku jelaskan padanya bahwa sebenarnya kita lah yang bersalah. Karena pasti Nia tidak akan terima dengan pembelaanku pada Dinda.
Seperti yang sudah kuperjelas pada Dinda bahwa semua ini bukan murni kesalahanku dan Nia saja, memang Seharusnya aku tidak melakukan hal ini. Tapi sebagai lelaki dewasa dan normal, siapa yang tidak terpesona dengan gadis seperti Nia. Terlebih, Dinda selalu menghabiskan waktunya di rumah sakit. Selama ini memang hanya Nia yang menemaniku. Aku pun tahu risiko dan konsekuensi yang harus kudapatkan saat semuanya telah terbongkar. Perceraian, tapi itu tidak akan mungkin ia lakukan. Justru Dinda akan menutup rapat perbuatan kami. Tentu saja, di mana harga dirinya jika semua tahu bahwa ternyata Adik kandung yang ia sayangi telah melakukan skandal dengan suaminya yang tampan ini. Itu tidak akan terjadi. Aku bisa pastikan itu.
“Seharusnya tadi kamu tidak memaksaku untuk melakukan itu, apa kamu tidak mengerti keadaan?” protesnya kembali. “Kamu juga begitu ceroboh hingga ponselmu terbaca oleh Dinda,” lanjutnya, seakan semua kesalahan ia tunjukkan padaku.
Bahkan Nia tidak menyadari bahwa sesungguhnya dia lah yang pertama kali menggodaku hingga aku terbiasa melakukan semua itu.
“Kenapa kamu begitu panik? Hai ... ayolah, Kakakmu itu akan kembali mereda nanti.” Aku berusaha menenangkan Nia.
“Kalian benar-benar keterlaluan!”
Mbak Jum tiba-tiba masuk dan menatap ke arah kami.
“Aku tidak mau melihat wanita ini! Bawa dia keluar, Han!” teriak Nia.
Sedangkan Mbak Jum masih tetap menatap tajam ke arahku. Ada apa? Apa kah Mbak Jum juga akan menyalahkan kami? Tapi selama ini dia hanya terdiam saat melihatku dan Nia melakukan hubungan terlarang itu. Lalu kenapa sekarang ia bersikap seperti ini?
“Cukup, Nia. Berhenti bersikap seperti itu. Mau bagaimanapun keadaanku, aku ini tetap Ibu kandungmu!”
'Apa? Benarkah yang kudengar ini.
“Dan kamu, Han. Sekarang kamu harus bertanggung jawab menikahi Nia. Mbak Dinda mengusir kita dari rumahnya!” lanjutnya.
Keterangan Mbak Jum benar-benar membuatku terkejut.
'Jadi selama ini Nia hanyalah seorang anak pembantu? Aku pikir Nia adalah adik kandung Dinda. Berarti Nia tidak memiliki hak apa pun di rumah itu? Bisa kacau. Kukira kemarin Dinda hanya emosi hingga mengatakan bahwa dia akan mengembalikan Nia ke jalanan, tapi setelah mendengar pernyataan Mbak Jum, kenapa aku jadi khawatir.
Tadinya aku berpikir Dinda tidak akan pernah serius dengan ancamannya ingin menggugatku. Karena aku yakin pasti Dinda akan menjaga nama baik adiknya. Tapi kalau seperti ini. Pasti Dinda tidak akan main-main. Dan kesempatanku untuk tetap mempertahankannya akan semakin kecil.
“Apa-apaan kamu ini, Mbak Jum? Bicaramu semakin melantur. Berapa kali sudah kukatakan? Jangan pernah berbicara omong kosong. Aku putri dari Bu Sofi. Jika kamu ingin pergi, pergilah dari kehidupanku.” Nia berbicara lantang di hadapan Mbak Jum.
“Baiklah, jika memang kamu tidak membutuhkanku. Aku tegaskan padamu, Nia. Mulai saat ini aku sudah tidak memiliki anak lagi.” Mbak Jum berbicara dipenuhi amarah. Wanita berprofesi sebagai asisten rumah tangga di rumah Dinda itu berlalu dari hadapanku dan Nia.
“Antarkan aku pulang, Han. Aku ingin bertemu ibu,” pinta Nia.
'Apa Nia tidak yakin dengan pembantu itu? Hingga ia masih ingin mencoba menemui Bu Sofi?
Tapi apa salahnya jika aku mengikuti keinginannya. Agar aku tahu yang sebenarnya dari Bu Sofi. Yang aku tahu Bu Sofi begitu menyayangi Nia.
**
Beberapa kali aku mencoba menghubungi Pak Dibyo security rumah, tapi malah panggilan dariku sengaja ia tolak. Padahal aku ingin memintanya agar menjemput kami di rumah sakit.
Karena tidak berhasil menghubungi Pak Dibyo, akhirnya Aku memutuskan untuk mencari taksi. Sejak tadi Nia juga sudah terlihat gusar karena tidak sabar ingin bertemu ibunya.
Akhirnya kami mendapatkan taksi.
Dan setelah beberapa saat kamu sampai di rumah, ternyata pintu pagar dalam keadaan terkunci. Pak Dibyo tidak bersedia membukakan pintu pagar untukku dan Nia. Malah ia memberikan sebuah amplop berwarna coklat titipan dari Dinda.
'Surat dari pengadilan Agama? Astaga. Jadi Dinda benar-benar menggugatku?
Link kbm
DIA BUKAN ADIKKU! - myra_rani
Itu buah dari perbuatan kalian!
Siapa yang menebar, pasti akan menuai.
Baca selengkapnya di aplikasi KBM App. Klik link di bawah:
https://read.kbm.id/book/detail/3daa80c9-9609-2400-da9a-f1aa79c1fb14?af=0c4e2331-31fb-65a9-e0b9-481e5742cf43