Awalan

Benih Yang Disembunyikan

 

BENIH YANG DISEMBUNYIKAN 


"Cepat lakukan!" Perintah Cakra.


"Ta-ta-tapi, Tuan. Apa tidak bisa saya duduk di kursi saja?" tanya Anjani mencoba memberanikan diri untuk berdiskusi agar dirinya tidak tidur di 

s a m p i ng Cakra. Saat mereka berdekatan seperti ini, napas Anjani seperti terhenti sesaat. Apalagi jika mereka sampai tidur bersebalahan.


Setelah membuatkan susu tadi, Anjani berpikir keras supaya dia tidak satu tempat t1dur dengan Cakra. Saat solusi itu dia dapatkan, Anjani sempat ragu untuk berbicara. Tetapi pada akhirnya, dengan keberanian yang ada, Anjani berhasil mengutarakan idenya pada Cakra.


"Boleh dicoba, tapi kalau telinga kamu tert4rik kuat dan rambut kamu rontok banyak, jangan salahkan aku!" Cakra menjawab seraya memundurkan wajah serta tubvhnya.


Anjani kembali berpikir, benar juga. Bisa-bisa telinganya bakal pu_tus kalau ditarik-tarik. Terus rambutnya juga bakal habis jika terus ditarik.


"Eh, eh, nggak jadi Tuan. Saya tidur di s e b e l a h Tuan saja."


Tanpa menunggu persetujuan, Anjani langsung mereb4hkan diri di atas t3mpat t!dur dengan tangan kanan memegang botol dot. Cakra pun segera menyusul.


Namun, yang terjadi setelah Anjani tidur, sungguh di luar perkiraannya. Cakra bukan tidur di sebelah Anjani, melainkan dia ....


"Tu-tuan ...."


Suara Anjani tercekat, napasnya memburu hebat. Jantungnya seolah berhenti berdetak saat Cakra menempelkan kepala di d e k a t ketiak Anjani.


Namun, tiba-tiba ....


"Huek!" 


"Ke-kenapa, Tuan?" tanya Anjani heran.


"G i l 4, ketek lu bau!"


Anjani tersenyum. Itu artinya dia bisa aman karena Cakra tidak suka bau keteknya.


"Masak bau sih, Tuan?" tanya Anjani seraya bangun dari tempat tidur kemudian turun dan bersiap pergi. 


Akan tetapi, Cakra tentu tidak akan membiarkan gadis itu pergi begitu saja dari kamarnya. Cakra bisa pastikan jika esok hari Anjani akan dipecat oleh Kartika. Ia tidak akan tinggal diam jika ada baby sitter baru pengganti Bik Iyah.


"Heh! Mau ke mana?"


"Pergi lah, Tuan. Kan katanya ketek saya bau. Takutnya Tuan nanti malah muntah," jawab Anjani yang dalam hatinya begitu bahagia karena bakal bebas malam ini.


"Enak aja! Kamu di sini kerja dan diba yar! Main pergi aja."


"Lah terus, Tuan?"


"Harus ganti rugi lah!"


"Ha? Ganti rugi? Saya kan belum digaji, Tuan."


"Bukan pakai u4ng," sahut Cakra melirik sinis pada Anjani yang kembali ketakutan.


"Terus pakai apa?" 


"Kamu t e m a n i saya tidur sampai pagi," jawab Cakra membuat Anjani terbelalak.


Dalam perjanjian tidak demikian. Anjani hanya mel4yani Cakra sampai pria itu tertidur dan setelahnya ia harus kembali ke k a m a rku.


"Tapi dalam perjanjian tidak begitu, Tuan. Nanti saya dipecat sama nyonya." 


Anjani ketakutan. Sebab, jika dia melanggar, maka akan dipecat. Dan jelas jika permintaan Cakra menyalahi aturan yang dibuat oleh Kartika bersama Anjani tadi pagi.


"Atau mau ganti rugi pakai u4ng? Terserah sih. Kamu tinggal pilih tidur satu tempat tidur denganku sampai pagi dan memakai baju sesuai dengan keinginanku, kamu tinggal pilih sesukamu."


Itu sih bukan sesukaku, tapi maunya Tuan. Anjani mengumpat dalam hati.


Terpaksa Anjani menerima tawaran dari Cakra. Tidur di ruangan itu sampai pagi dan memakai baju yang diminta oleh Cakra.


"Pakai ini!" Cakra menyodorkan kemeja putih pada Anjani setelah mereka berdua mencapai kesepakatan.


"Tapi, Tuan, saya cukup pakai parfum saja. Minta milik Tuan, tidak perlu ganti baju segala," protes Anjani.


"Aku tidak mau, cepat ganti baju pakai kemeja itu atau pilih ganti rugi pakai u4ng?"


Lagi dan lagi Anjani terpaksa menerima tawaran Cakra. Ia pun segera berganti kemeja pemberian Cakra.


"Ah nggak modis banget sih, pakai ini!" Cakra memberikan c 3 l a n a 

k 0 l o r n y a pada Anjani.


"Tapi, Tuan. Ini sudah di ambang batas. Saya takut jika Tuan ...."


"Aku tidak akan berbuat aneh-aneh! Tenang aja," sela Cakra karena sudah paham jika Anjani akan menolak memakai c3lana pendek.


Anjani bergeming, memikirkan nasibnya setelah ini. Berpakaian seperti di film Korea memakai kemeja putih dan c3lana pendek mengundang 

n a f s u pria. Akan tetapi, mau ganti rugi pakai u4ng pun Anjani tak sanggup.


Helaan napas terdengar jelas dari mulut Anjani. Terpaksa ia harus menuruti keinginan Cakra. 


Saat Anjani berganti pakaian di kamar mandi. Cakra juga berganti pakaian menggunakan piyama. Sungguh pemandangan yang membuat otak kaum hawa berkeliaran tak tahu arah.


"Woy!" sentak Cakra kala Anjani malah mendudukkan kepala dan bergeming di depan pintu kamar mandi.


"Cepat sini!" bentak Cakra karena Anjani tak segera melangkah.


"Cepat! Atau ...."


"I-iya, Tuan." Anjani sudah paham dengan ancaman Cakra.


Perlahan Anjani melangkah dengan wajah menunduk. Hal itu membuat Cakra geram. Ia tak sabar menunggu langkah Anjani yang lambat.


Tanpa aba-aba Cakra menggendong tubuh Anjani dan merebahkan di atas r a n_jang. Anjani sempat kaget dan takut, tetapi dia tidak berani protes dengan perlakuan Cakra.


"Jangan bikin aku marah!" geram Cakra usai merebahkan Anjani.


Kini Cakra pun mengambil posisi tidur di samping Anjani.


"Balik badan!" titah Cakra dan Anjani pun patuh.


Malam ini, ia menidurkan Cakra layaknya menidurkan bayi. Anjani jadi ingat saat dirinya menidurkan sang ibu. Tiba-tiba saja rasa rindu memenuhi relung hatinya, bahkan matanya pun mulai mengembun. Tetapi sebisa mungkin Anjani menahan tangis. 


Demi ibu dan kakek, kamu harus kuat Anjani. Pulanglah dengan u4ng yang banyak untuk bisa membahagiakan mereka. Janji Anjani pada dirinya sendiri.


Namun, sepertinya janji hanya tinggal janji. Damar memergoki Anjani dan Cakra dalam keadaan ....


"Apa yang kalian lakukan!" sentak Damar masuk ke k a m a r Cakra dengan wajah merah padam.


Apa yang terjadi dengan mereka? Sampai-sampai Damar marah besar pagi ini.


Judul : B3nih yang Disembunyikan ( Dia Anakmu, Mas!)

Penulis : Agung Ahmad S

Aplikasi: KBM


Baca lengkapnya klik link:

https://read.kbm.id/book/detail/ac876b6f-38de-4000-99da-c3520f93865a?af=b8fe2972-a0d3-4ec1-bb09-295a9616d09b

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel