Awalan

HASRAT TKW DAN PRIA BANGLADESH


 HASRAT TKW DAN PRIA BANGLADESH 15


Saat Santika sadar dari pingsan, dia melihat Arzan tertidur di samping ranjangnya. Ia membelai kepala Arzan dengan tangan kanan, sedang tangan kiri Santika sudah terpasang infus.


“Maaf,” ujar Santika.


Entah kenapa hatinya justru merasa sangat bersalah atas kejadian yang dialaminya. Santika merasa bersalah karena sampai hari ini masih membohongi pria yang sudah menjadi suaminya itu. Belum ada cinta yang tumbuh di hatinya. Entah sampai kapan dia akan bertahan. Pernikahan ini begitu menyiksa, tak ada setitik pun bahagia yang ia rasakan sampai detik ini. 


Semakin dipaksa menerima, semakin sakit pula yang dirasa. Santika benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.


Santika menitikkan air mata karena perasaan bersalah yang merongrong jiwanya. Dia tidak bisa kalau harus berbohong terus pada Arzan, padahal laki-laki tersebut sangat tulus mencintainya. Namun, ia juga tidak bisa melupakan Saurabh. Semakin dipaksa melupakan, semakin dalam kerinduan yang dia rasakan.


Dalam tangisnya, Santika berdoa semoga Allah memberikan yang terbaik untuk dirinya dan Arzan. Jika memang mereka ditakdirkan berjodoh sampai tua, Santika ingin diberikan rasa cinta pada Arzan. Santika meminta kepada Allah Swt agar menghapus nama Saurabh dari hatinya agar bisa menerima dan mencintai suaminya.


Begitu pula sebaliknya. Santika pun berdoa, jika mereka memang tidak berjodoh, Santika harap semoga Arzan mendapatkan perempuan yang lebih baik daripada dirinya.


Santika mengakui Arzan adalah pria baik. Walaupun cukup sensitif dan mudah marah, tapi Arzan adalah sosok pekerja keras dan bertanggung jawab. Pun ia sangat tulus dalam mencintai seseorang. Santika bisa merasakan ketulusan itu.


Arzan pun terbangun. Dia kaget melihat Santika telah berurai air mata dan mulai cemas.


“Sayang, kenapa kamu menangis? Bagian mana yang terasa sakit? Aku panggilkan dokter, ya?”


Santika mencekal tangan Arzan dan menggelengkan kepalanya.


“Tidak, Mas. Aku baik-baik saja. Terima kasih karena sudah membawaku ke rumah sakit,” ujar Santika.


“Mana mungkin aku membiarkanmu tetap di hotel sementara tubuh kamu sedang sakit, Sayang? Aku benar-benar cemas ketika kamu pingsan. Tolong jangan sakit lagi, cepatlah sembuh agar kita bisa segera pulang. Aku tidak mau kehilangan kamu. Aku minta maaf.”


Arzan menciumi tangan kanan Santika dengan suara bergetar menahan tangis.


“Apa pun akan aku lakukan demi kebahagiaan dan keselamatan kamu, Sayang. Aku berjanji.”


Santika menatap pria di depannya dengan lekat-lekat.


“Jadi kau memperlakukanku dengan sangat baik bukan karena kewajiban sebagai suami?” tanya Santika.


“Aku tidak terpikir sama sekali tentang hak dan kewajiban. Aku hanya berpikiran tentang kamu dan takut kehilangan kamu. Tidak ada yang lain.”


Santika tersenyum haru. Dia mengucapkan terima kasih atas ketulusan Arzan dan mengucapkan kata maaf dalam hatinya.


*


Setelah dua hari dirawat di rumah sakit, kondisi Santika mulai stabil dan dokter pun mengizinkan untuk pulang. Arzan tidak langsung membawa Santika pulang ke rumah karena takut perjalanan jauh akan mempengaruhi kondisinya. Mereka pulang ke hotel dulu untuk menunggu kondisi Santika benar-benar prima sebelum memutuskan untuk pulang.


Setibanya di kamar hotel, Arzan pun melayani istrinya dengan telaten. Pria itu menjadi suami siaga dan selalu memeluk Santika untuk memastikan istrinya dalam keadaan hangat.


“Maaf, ya, acara bulan madu kita yang harusnya bahagia malah berubah menjadi sedih dan repot karena aku harus dirawat di rumah sakit,” ungkap Santika.


“Waktu kamu pingsan aku kira kamu hamil. Ternyata kata dokter kamu mengalami hipotermia karena terlalu lama kehujanan,” kata Arzan. 


Santika tertawa mendengar ucapan Arzan.

 “Kita belum satu bulan menikah bagaimana mungkin bisa hamil secepat itu?” tanya Santika


Mereka berdua pun tertawa. Arzan senang karena akhirnya Santika bisa tertawa lagi. Pria itu berharap setelah kejadian ini, Santika tidak kelihatan murung lagi.


Arzan mengambilkan bubur yang ia pesan dari go-food untuk Santika makan. Santika ingin makan sendiri, tapi Arzan memaksa menyuapinya. 


“Aku bisa makan sendiri. Tangan aku, kan, baik-baik saja,” kata Santika.


“Aku tidak mengizinkan kamu makan sendiri untuk saat ini. Jadi, biarkan aku yang menyuapi. Buka mulutnya,” pinta Arzan.


Santika menyunggingkan senyum tipis, lantas membuka mulutnya. 


Melihat ketelatenan Arzan, Santika mulai tertawan. Dia telah menemukan laki-laki yang sangat perhatian. Bagaimana mungkin akan disia-siakan? Santika berniat akan memperjuangkan pernikahannya apa pun yang terjadi. Dia bersikeras ingin melupakan Saurabh dan hidup bahagia bersama Arzan. Tidak ada yang tidak mungkin kalau Santika mau memulainya.


Santika mengambil ponsel dan memblokir nomor Nurul. Dia tidak ingin gadis itu meneleponnya lagi dan membuat Santika ingin menanyakan kabar Saurabh. Keputusannya sudah bulat. Dia ingin menutup semua celah, walau sekecil apa pun. Ia tidak mau terus terjebak dalam masa lalu dan ingin melangkah menuju kehidupan yang baru.


Soal silaturahmi dengan Nurul, nanti bisa disambung lagi ketika kondisinya sudah stabil dan dia sudah melupakan Saurabh. Santika yakin seiring berjalannya waktu, nama Saurabh akan hilang dari hati dan ingatannya. 


*


Arzan mau pun Santika tidak memberi tahu keluarganya kalau Santika sempat dirawat di rumah sakit. Hampir dua minggu sudah mereka berbulan madu. Pagi-pagi sekali, ada telepon dari Siti. Perempuan itu menanyakan kabar anak dan menantunya. 


"Ibu kangen banget sama kalian. Rumah jadi sepi, nggak ada suara apa-apa. Kalau sudah puas bulan madunya, buruan pulang ya, Nak. Jangan-jangan keenakan di Bali malah nggak mau pulang."


“Kami baik-baik saja, Bu, tapi memang masih betah di sini. Suasananya adem,” jawab Arzan.


Keduanya sepakat untuk berbohong agar Siti merasa tenang. Santika pun sesekali menampakkan wajahnya di layar, berharap mertuanya akan percaya kalau dirinya baik-baik saja.


“Arzan, jangan beli makanan sembarangan. Makan apa yang sudah disediakan sama pihak hotel saja. Santika juga jangan diizinkan makan makanan yang dipanggang, kalau bisa hindari junkfood, kafein, daging mentah, dan makanan-makanan lain yang bisa memperlambat kehamilan. Ibu harap pulang dari Bali nanti, Santika sudah hamil.”


“Iya, Bu. Doakan saja. Kalau pun belum, kami pasti berusaha.”


“Ya sudah kalau begitu, kalian lanjutkan bulan madunya. Ibu sudah tidak sabar ingin menimang cucu. Ingat, segera pulang, ya.”


Panggilan pun dimatikan. Arzan meletakkan HP, lantas kembali memeluk Santika.


Mendengar ucapan mertuanya, Santika mulai tertekan. Dulu semasa di Singapura, ia pernah mengonsumsi postinor beberapa kali ketika selesai bercinta dengan Saurabh. Ia khawatir hal itu akan mengganggu kesuburan sehingga susah hamil. Hal itu membuat wajah Santika menjadi pucat.


“Sayang, wajah kamu pucat. Kamu masih sakit?” tanya Arzan.


Santika tergagap dan meraba wajahnya, lantas menggeleng.


“Eng, aku ... nggak papa, Mas. Aku cuma khawatir, soalnya haid-ku sendiri kurang lancar. Aku takut hal itu akan memperlambat kehamilan,” jawab Santika dengan berpura-pura. 


“Kalau Tuhan sudah berkehendak, maka tidak ada yang tidak mungkin, Sayang.”


Santika benar-benar khawatir. Tetapi, Santika akan menyembunyikan kekhawatiran itu dari Arzan dan ibunya.


Sudah tamat di KBM App


HASRAT TKW DAN PRIA BANGLADESH - Mien Hessel

Santika sering mendengar berita kalau pria dari Bangladesh suka mempermainkan perempuan Indonesia. N...


Baca selengkapnya di aplikasi KBM App. Klik link di bawah:

https://read.kbm.id/book/detail/7b8f04a1-27ba-4dae-bab1-516a397ff619

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel