Awalan

ISTRIKU TIDAK MENARIK


 ISTRIKU UDAH GAK MENARIK LAGI. WAJAH KUSAM, BADAN KURUS, TAPI MAKAN PORSI KULI. AKU BETAH-BETAHIN KARENA SUDAH ADA ANAK AJA #4


"Mama sedang membicarakan aku dengan siapa?" Suara seorang laki-laki menyela obrolan Arumi dengan Ibu paruh baya yang ia temui di pasar.


Arumi menoleh ke belakang, mengikuti asal suara. Kedua mata Arumi dan laki-laki itu bertemu dan menciptakan jalur kesitatapan untuk sesaat.


"Arumi?"


Arumi terhenyak lalu tersenyum. "Mas Aksa?"


"Kalian sudah saling kenal?"


"Iya, Ma. Dia wanita yang pernah kuceritakan terjebak di lift bersamaku," tutur Aksa.


Mama Aksa membulatkan mulutnya lalu mengangguk-angguk. 


"Kamu bantuin bawa belanjaannya sampai luar ya, Sa. Mama masih mau belanja di pasar," pinta Mama Aksa. 


"Iya, Ma," jawab Aska kemudian mengambil alih belanjaan Arumi. 


"Satunya biar aku yang bawa, Mas," pinta Arumi. 


"Sudah, aku saja. Kamu jalan duluan," ucap Aksa. 


Arumi terdiam lalu mengangguk. Mereka mulai berjalan ke arah pintu keluar. 


"Kamu ke sini sendiri?" Tanya Aksa. 


"Enggak, Mas. Aku diantar mas Dewa."


"Lalu di mana dia?"


"Dia menunggu di luar bersama Akbar, putra kami," jawab Arumi.


"Kamu selalu belanja di pasar ini?" 


"Iya, setiap weekend biasanya belanja di pasar ini karena ini yang paling dekat dengan rumah kami. Oiya nama Mamanya Mas Aksa siapa ya, tadi aku belum sempat nanya," 


"Arumi,"


"Iya, Mas. Kenapa?" 


"Maksudku nama Mamaku Arumi,"


Arumi berhenti, ia menatap Aksa lalu tertawa kecil. "Kebetulan banget namaku sama dengan Ibu Arumi. Kok bisa gitu ya," ucap Arumi heran. 


Aksa tertawa kecil, "Iya, dan kenapa bisa ya yang namanya Arumi itu selalu sosok wanita yang luar biasa baik dan tangguh," 


Arumi terdiam menatap Aksa, "Tapi Arumi yang di sebelah mas Aksa ini tidak seluarbiasa itu," kata Arumi lalu menundukkan kepalanya sedikit. 


Aksa menghela pelan, tidak menyangka kalau ternyata pujiannya justru membuat Arumi merenung. 


"Sampai sini saja, Mas. Sepertinya mas Dewa sedang mengajak Akbar jalan-jalan sekitar sini. Aku akan menunggunya di sini," kata Arumi setelah sampai di luar pasar. 


"Baik, aku taruh di sini belanjaan kamu ya?" 


Arumi mengangguk. 


"Kalau begitu, aku kembali ke dalam."


"Iya, Mas. Terimakasih banyak ya sudah dibantuin. Salam buat Ibu Arumi, dia sangat baik. Dia juga sangat ramah tadi sama aku, kami ngobrol seperti sudah kenal lama," kata Arumi. 


"Mungkin diantara kalian ada ikatan batin tersendiri."


Arumi mengernyit sambil tersenyum, "Ikatan batin apa maksudnya?" 


Aksa sedikit tertawa, "Karena nama kalian kan sama-sama Arumi."


Arumi melebarkan mulutnya sambil manggut-manggut. "Mungkin benar seperti itu. Sekali lagi terimakasih banyak ya, Mas." Kata Arumi. 


"Sama-sama, sampai jumpa kembali di weekend depan," kata Aksa tersenyum lalu langsung berbalik dan berjalan ke dalam pasar lagi.


Arumi menatap bingung pada punggung Aksa yang semakin lama semakin menjauh hingga tak terlihat. 


Tiba-tiba gawai Arumi berdering, buru-buru dia ambil dari dalam tas selempang kecilnya. Terlihat nama 'Mas Dewa' yang tengah berusaha menghubunginya. 


"Kamu di mana, Mas? Aku sudah selesai. Aku tunggu di depan pasar," ucap Arumi. 


[Aku sudah di rumah, kamu pulang sekarang naik becak. Hati-hati, Yang]


Arumi terdiam sesaat, "I..iya, Mas."


Setelah panggilan teleponnya putus, dia memasukkan gawainya kembali ke dalam tas kecilnya.


Arumi pun memanggil akang becak yang sedang mangkal di pasar tersebut untuk mengantarkankannya pulang.


Di perjalanan pulang, becak yang dinaiki Arumi mengalami masalah. Akang becak tiba2 menghentikan becaknya di pinggir jalan. 


"Kenapa berhenti, Kang?" Tanya Arumi. 


"Bannya bocor, Neng!" Seru Akang becak yang sudah turun untuk melihat ban becaknya. "Maaf ya, Neng. Akang ngga bisa lanjutin lagi, ngga usah bayar gapapa."


Arumi turun dari becak lalu menurunkan belanjaannya satu persatu. Ia mengambil uang dari tasnya. 


"Ini, Kang, aku bayar setengahnya. Kan akang udah nganter setengah perjalanan."


"Alhamdulillah, makasih banyak ya, Neng." 


"Sama-sama, Kang."


"Saya balik pasar ya, Neng." Pamit Akang becak sambil memutar balik becaknya. 


"Hati-hati, Kang." Ucap Arumi sambil melihat Akang becak mulai menuntun becaknya.


Arumi mengambil gawainya lagi. Dia berusaha menghubungi Dewa namun tidak juga diangkat. Ia memandang bingung pada sekeliling. Akhirnya ia memutuskan untuk berjalan kaki sambil berusaha membawa belanjaanya meskipun dengan susah payah.


 Sedikit-sedikit dia berhenti untuk meletakkan belanjaanya karena memang sangat berat. Sesekali ia mengusap keringat di keningnya. Terik matahari membuat keringatnya semakin deras mengalir. 


Arumi berusaha menghubungi Dewa kembali namun masih tak ada jawaban. 


"Ya Allah, Mas. Jangan-jangan kamu tidur, aku pengen dijemput," batin Arumi.


Ditengah kegundahan Arumi, tiba-tiba sebuah mobil datang menghampiri Arumi. 


"Arumi!" Teriak seseorang yang barusaja keluar dari mobil lalu berlari mendekati Arumi. 


Arumi menoleh, "Mas Toni?"


"Kamu ngapain jalan kaki sambil bawa barang segini banyaknya, Dewa mana?"


"Daritadi aku coba hubungi ngga diangkat, kayanya lagi tidur sama Akbar. Aku habis dari pasar, Mas."


"Yasudah, aku antar pulang ya?" Tawar Toni. 


Arumi melihat ke arah mobil Toni yang tidak ada siapa-siapa di dalamnya. Dia berpikir sejenak. Arumi bingung harus menerima tawaran Toni apa tidak. Sebenarnya dia sangat membutuhkan bantuan Toni, tapi di sisi lain dia takut akan menimbulkan fitnah jika di mobil berdua saja dengan laki-laki lain. 


"Ngga usah, Mas."


"Aku ngerti kecemasanmu, tapi kamu ngga mungkin kan jalan kaki ke rumahmu?"


"Meski butuh waktu berjam-jam, aku pasti bisa, Mas. Sudah, biarkan aku jalan kaki saja," kata Arumi. 


"Demi apa, Arumi, astaga. Kalau kamu paksakan diri, kamu bisa pingsan!" 


"Nggak, Mas. Tenang aja, bismillah," ucap Arumi lalu mengambil satu persatu kantong belanjaan yang diletakkannya tadi. 


"Jangan, jangan seperti ini Arumi. Biar aku bantu bawakan, kita jalan kaki sama-sama!" kata Toni. 


Arumi menggeleng, "Sudah, ngga usah, Mas," sergah Arumi bersikeras membawa belanjaannya sendiri. 


Tiba-tiba terdengar bunyi klakson mobil. Mobil tersebut berhenti tepat di samping Arumi dan Toni. Seseorang keluar dari dalam mobil tersebut.


Lanjut?


Yuk baca full cerita ini di aplikasi KBM App.

https://read.kbm.id/book/detail/7c58aaa5-f8c5-137a-a4c5-da068a3882b1?af=69c319a9-96c2-39fd-f2a2-de5013fcc48b


Judul : ISTRIKU TIDAK MENARIK


akun penulis : farihahulin



Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel