Awalan

Lanjutannya


 Aku menceraikan istriku demi kekasih hatiku, tapi ternyata dia ...

•••


Bab 10 Tidak Tersegel Lagi


Di sebuah kamar hotel mewah yang didesain spesial untuk pengantin, sepasang pengantin baru, baru saja selesai membersihkan diri, usai acara resepsi yang di selenggarakan.


"Bagaimana, kamu suka?" Randy bertanya pada istrinya–Prisa.


"Suka, Mas." 


Prisa membuka pintu balkon yang langsung melihat pemandangan kota yang luas.


Randy mem3luk Prisa dari belakang.


"Akhirnya kita menikah, Mas. Setelah penantian yang cukup panjang," ujar Prisa.


"Maafkan aku, Sayang."


Prisa melepaskan pelukan suaminya, lalu membalik tubuhnya, kini keduanya telah berhadapan.


"Kamu benar-benar belum meny3ntuh wanita itu, 'kan?" 


Pertanyaan yang membuat Randy gugup, tapi dia segera menetralkan kegugupannya.


"Tentu saja," bohong Randy.


'Maafkan aku, Sayang. Aku hanya tak ingin merusak momen indah kita,' gumam Randy dalam hati.


"Kalau begitu bagaimana kalau kita makan malam lebih dulu," usul Randy. Prisa mengangguk.


Randy berjalan ke arah interkom, lalu melakukan panggilan ke restoran hotel. Memesan beberapa menu untuk makan malam berdua. 


Setelah menunggu cukup lama, makanan akhirnya datang. Keduanya menikmati makan malam dengan suka cita dan penuh kebahagiaan.


Prisa kembali membuka pintu balkon, entah mengapa dia suka sekali berada di sana, memandang kota dari ketinggian menjadi kesenangan tersendiri.


"Mau berapa r0nd3 malam ini?" bisik Randy di telinga Prisa, seraya memeluk wanita itu.


"Dih, apaan sih." Prisa tampak malu-malu.


Randy menggendong istrinya ala bridal style, lalu membawanya ke kamar, dan mengunci pintu balkon.


Serangan-serangan hangat mulai Randy lancarkan dan disambut dengan tangan terbuka oleh Prisa.


Malam yang dingin itu berangsur menjadi hangat, Randy telah siap dengan serangan surg4 dunianya. Perlahan tapi pasti Randy mulai membobol pertahanan lawan.


Sensasi pertarungan dengan Prisa tak seindah bayangannya. Randy sudah membayangkan kesulitan yang mendera sama seperti saat dia melakukan bersama Ariana.


Ada sedikit kekecewaan dalam hati Randy, saat dia berhasil menembus pertahanan lawan.


'Hah? Kenapa semudah ini?' batin Randy lalu menghentikan kegiatannya.


"Ada apa, Sayang? Kenapa berhenti? T4nggung nih!" Rengek Prisa.

 

Suara istrinya mengembalikan kesadaran Randy dari pikiran n3g4tif yang mendera.


"Ah, tidak. Biarkan dia beristirahat sejenak," jawab Randy. 


Entah mengapa dia menjadi malas menatap wajah istrinya.


Kepalang tanggung, Randy akhirnya menyelesaikan tugasnya hingga tuntas meski rasa itu tak lagi sama.


Selesai menyelesaikan tugas, Randy melihat ke sprei yang membentang luas di ranjang king size itu, namun sayang dia tidak menemukan bercak yang dia cari.


Raut wajahnya menjadi kecewa, dia langsung berdiri dari ranjang lalu masuk ke kamar mandi, membuat Prisa bingung dengan apa yang terjadi.


"Ada apa, Mas?" Prisa membangunkan diri, setelah suaminya keluar dari kamar mandi dengan pakaian santai.


Randy enggan menatap wajah istrinya, membuat wanita itu semakin bingung.


"Jujur padaku, Prisa. Kamu sudah tidak per4w4n, 'kan? Kamu berbohong padaku."


Prisa terlihat gugup lalu membetulkan selimutnya.


"Apa maksudmu, Mas?"


"Jangan pura-pura, Prisa. Jujur saja. M1l1kmu itu sangat mudah aku menggapainya."


"Memang apa masalahnya jika mudah, kamu  memberiku pemanasan yang luar biasa hebat, itu yang membuatku lebih mudah untuk digapai." Prisa memberi alasan yang logis.


"Oh, ya? Begitu? Tapi tidak ada noda d4r4h di sprei itu." Fandy menunjuk ke ranjang.


"Mas, tidak semua perempuan mengeluarkan noda d4r4h di malam pertama mereka," protes Prisa.


"Oh, ya? Tapi Ari–" Fandy urung melanjutkan kalimatnya, dia sadar telah salah berucap.


"Tapi apa, Mas?" Prisa ingin memastikan pendengarannya.


"Kamu sudah menyentuh wanita itu, Mas?" tanya Prisa dengan nada bibir yang bergetar.


Jika benar Randy sudah menyentuh Ariana, wajar saja dia membandingkan dirinya dengan wanita itu. Prisa mengumpat dalam hati.


Randy diam dan membuang muka. Melihat suaminya membuang muka, hati Prisa begitu remuk.


Setipis inikah c1nta mereka yang telah mereka lalui selama tiga tahun ini? 


Prisa bangun dengan melilit selimut di tvbvhnya.


"Jadi kamu sudah menyentuh wanita itu, Mas? Jawab!" Prisa mengulang pertanyaannya.


Diamnya Randy membuat Prisa menyimpulkan jawabnya.


"Tega kamu mengkh14natiku, Mas. Kamu telah berbohong padaku." Prisa berteriak menghardik suaminya.


Randy tersulut emosi.


"Iya, aku memang sudah menyentuh dia, aku memang berbohong padamu. Jadi kita impas! Kamu juga berbohong padaku, kamu bilang kamu masih per4wal4n, ternyata apa? Aku bahkan nggak tahu, aku pria keberapa yang telah memasuki m1l1kmu itu."


Plak!!!


Satu t4mp4ran mendarat di pipi Randy.


"Berani kamu men4mp4rku? Dasar j4l4ng!"


Randy memutar tvbvhnya, lalu mengambil barang-barangnya.


"Mas, maafkan aku. Aku hanya terbawa emosi sesaat. Kamu mau kemana?"


Prisa panik melihat suaminya hendak pergi dari kamar itu, menghentikan langkah Randy, mencegah pria itu keluar dari kamar.


"Jangan s3ntuh aku dengan tangan kotormu, Prisa."


"Mas! Tega kamu, kamu juga sudah men1km4ti tvbbhku, lalu kamu pergi dengan seenaknya. Kamu pikir aku ini p3l4cvr?" ucap Prisa tak kalah tinggi.


"Kamu katakan aku k0t0r? Lalu, kamu sendiri apa? Jangan sok suci kamu, Mas."


"Kapan aku pernah berbuat terlalu jauh padamu? Tidak pernah, 'kan? Siapa yang telah membuka segelmu Prisa?" ucap Randy frustasi.


"Selama ini kita tak pernah membahas persoalan ini, Mas. Kamu membahas setelah bercerai dengan wanita itu, rupanya kamu sudah meny3ntuhnya." Prisa tak ingin kalah.


Sepasang suami istri itu terus beradu mulut, hingga Randy melayangkan satu t4mp4ran di wajah Prisa karena wanita itu semakin keterlaluan menurutnya.


“Kamu ini seorang istri, bisa-bisanya meninggikan suara pada suami!” 


Randy terlihat sangat murka, tapi dia urung keluar dari kamar dan memilih duduk di sofa.


Sedangkan Prisa masih berdiri dengan memegang wajah yang perih dan hati yang pedih.


Air mata mulai menetes di pipinya.


“Egois kamu, Mas!”


Wanita itu setengah berlari masuk ke dalam kamar mandi, di dalam kamar mandi Prisa menangis tersedu-sedu.


Randy sendiri mengacak rambutnya dengan kasar. Bayang-bayang kecantikan Ariana justru hinggap dalam sanubarinya.


Randy teringat masa-masa bersama Ariana, wanita itu selalu bersikap sopan dan santun. Ariana tak pernah meninggikan suara padannya atau ibunya yang sering memarahinya.


"Aaarrggghhh!" Randy mengerang kesal.


Bisa-bisanya di malam pertama dirinya justru memikirkan wanita lain.


Randy kembali mengingat-ingat masa indah dengan Prisa, agar hatinya kembali utuh untuk mencintai wanita yang berstatus sebagai istrinya itu. 


Randy segera meminta petugas hotel untuk memberinya es batu, dia harus segera mengobati sakit di pipinya agar tidak bengkak.


Begitu lama Prisa berada di kamar mandi, membuat Randy khawatir.


"Pris, kenapa lama sekali?" Tak ada jawaban dari wanita itu.


Tapi tak berselang lama wanita itu keluar dari kamar mandi dengan wajah sembab.


"Ayo, segera 0bati luka di pipimu." Randy menarik Prisa untuk segera duduk di sofa.


Malam pertama yang harusnya indah, justru menjadi malam pertengkaran untuk mereka. Bayangan k3m3sraan di malam pertama telah sirna, keduanya bersama dengan lara di hati mereka.


Bersambung ...


***

Judul : BUAH TANGAN DARI SUAMI

Penulis : Cassandra Ruby 


FB, Tiktok : Cassandra Ruby 


***

Baca selengkapnya di aplikasi KBM App. Klik link di bawah:


https://read.kbm.id/book/detail/c3e7fc4f-6db3-4f79-9982-c05a6633c3a9

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel