Awalan

Selengkapnya Baca Disini

 

IBU MERTUA DAN IPARKU KAGET, AKU BERANI MELAWAN! 2


“Tunggu Rin, kita bicarakan dulu baik-baik. Apa kata Ibu sama Bapak kalau kamu tiba-tiba pulang begini.” Mas Hasan meraih tanganku, berusaha menghentikan langkahku.


“Biarkan saja dia pulang, San. Istri gak tau diuntung!” sergah ibu Mas Hasan.


“Mas bisa liat sendiri kan sikap Ibu? Apa lagi yang harus dibicarakan?” ucapku pada Mas Hasan.


Mas Hasan menatap Ibunya yang saat ini masih berdiri di teras rumah dengan berkacak pinggang.


“Sebentar, kamu tunggu di sini,” ucapnya padaku.


Lalu ia berjalan ke arah ibunya.


“Ada apa Bu? Kenapa ibu jadi marah-marah seperti ini?” Suara Mas Hasan terdengar dari tempatku berdiri. Meskipun ia berbicara sangat lirih pada ibunya.


“Ibu sudah katakan. Istrimu itu kurang ajar! Durhaka sama Ibu. Di minta tolong buat masak malah ngelayap. Ibu minta tolong buat nyuci pakean Hesti malah merat begitu saja. Apa gunanya menatu seperti itu.” Suara Ibu makin meninggi di hadapan Mas Hasan.


“Jangan seperti ini Bu, Hasan sangat mengenal Rini, bagaimana dan seperti apa Rini, Hasan sudah mengenalnya. Kalau pun Rini bersikap seperti yang Ibu katakan, mungkin karena Ibu salah dalam menyampaikan dan memperlakukan Rini.” Jawaban Mas Hasan pada Ibunya.


Aku tahu, Mas Hasan berusaha bersikap adil padaku dan Ibunya. Bahkan kata-katanya sangat lembut.


“Kamu itu Suami kok lemah! Pantas saja istrimu seenaknya sama Ibu.” 


“Ibu benar, Mas Hasan ini sudah dibutakan oleh cintanya Mbak Rini. Tugas menantu ya memang bantu-bantu urusan rumah.” Hesti tiba-tiba menyahut.


Gadis belia itu berjalan dari dalam rumah menuju ke arah Ibu dan Kakak lelakinya.


“Bicara apa kamu ini Hesti? Gak pantas kamu bicara seperti itu sama Mas.” Jawaban Mas Hasan pada adik perempuannya.


“Benar kan? Buktinya, Mas selalu membela istrinya Mas yang pemalas itu.” Hesti semakin meninggikan bicaranya, sama persis dengan ibu saat berbicara.


Mas Hasan terlihat berusaha mengontrol emosinya. Beberapa kali ia membuang nafasnya dengan kasar.


“Siapa yang mengajarimu berbicara tidak sopan seperti itu?” Mas Hasan terlihat marah pada adik perempuannya.


Beberapa kali aku melihat Mas Hasan selalu mengurungkan ucapannya. Pasti Mas Hasan saat ini masih berusaha menahan amarahnya.


“Bela terus istrimu itu, bela terus San. Bahkan kamu lebih peduli padanya dari pada Ibu dan Adikmu yang seharusnya kamu bela.” Mbak Sari juga ikut menimpali.


Wanita bergelar kakak untuk suamiku itu menatap penuh kebencian ke arahku. Ia berjalan melewati Ibu dan kedua adiknya menuju ke arahku.


“Kamu sudah mencekoki adikku dengan apa, hah? Kamu pikir aku tidak tau? Lihat saja apa yang akan kulakukan padamu wanita penyihir,” gertaknya lirih, setelah sampai di hadapanku.


Setelah mengancamku, ia membalik badan sambil mengibaskan rambut panjangnya yang masih basah ke arahku. Lalu kembali berjalan menuju ke arah Ibu dan dua adiknya.


Aku hanya menanggapi ancaman Mbak Sari dengan senyuman tipis. ‘Sikapnya sungguh cerminan dirinya. Pantas saja dia gagal dalam pernikahan. Bahkan sampai beberapa kali, karena aku sering mendengar bahwa Mbak Sari selalu bersikap kasar meski pada suaminya. 'Astagfirullah.


“Apa maksud Mbak Sari dengan bersikap seperti itu pada Rini? Dan ucapan Mbak Sari tadi hanya semakin memperkeruh masalah. Mbak Sari seharusnya jadi panutan buatku dan Hesti. Terlebih Mbak Sari harus bisa mendamaikan Ibu dan menantu di rumah ini.” Mas Hasan berbicara tanpa jeda pada kakak perempuannya.


Terlihat Mbak Sari seperti tidak terima dengan ucapan Mas Hasan.


“Kamu mulai ngatur-ngatur Embak, San? Benar dugaanku. Kamu sudah dicekoki sama Rini!” sergahnya.


“Sekarang kamu pilih! Masuk ke rumah dan tinggalkan wanita itu, atau pergi dari rumah ini bersama wanita itu?!” Mbak Sari memberi pilihan pada Mas Hasan. Sama seperti tadi.

Mas Hasan terlihat menarik nafas dan menatap kakak perempuannya.


“Kalau itu keinginan kalian, baiklah. Hasan akan pergi ke mana selayaknya kami akan tinggal,” ucap Mas Hasan dengan tegas.


Link kbm 


SATU ATAP - rarakusuma

"Tinggal satu atap kok hitung-hitungan!"


"Namanya menantu ya tugasnya bantu-bantu!" 


Ucapan Ibu da...


Baca selengkapnya di aplikasi KBM App. Klik link di bawah:

https://read.kbm.id/book/detail/0e73bed0-ecd9-411d-8f20-0f5274215b82?af=06f2531a-5295-97f8-3882-2523eb82a18f

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel